STORY | Malaikat Dari Tisu

21:42:00


Jakarta - 01/03/2017

AWALAN

Senyum semriwing yang tak terkontrol sehabis melihat penambahan angka saldo di debet "YES, nambah". Menyelipkan kartu tersebut kedalam dompet lalu bergegas pulang ke rumah berharap bisa merebahkan badan yang lusuh ini ke kasur berukuran 10x20 dengan santainya. Namun itu hanya ekspektasi saja. Keluar pertokoan itu malah sudah dihadapkan oleh kemacetan Ibukota. Seperti biasa berkendara di mobil klasik warna orange yang dijadikan maskot wilayah tersebut. Tak sampai disitu kelusuhan itu semakin terasa ketika sang supir berkendara dengan dahsaytnya, iya kedahsyatan menyalip kemacetan itu yang membuat semua orang yang berada di dalamnya mengelus dada. Namun sangat menguntungkan sekali kedahsyatan tersebut memiliki keunggulan dalam menyingkat waktu pulang kerumah lebih awal dari biasanya. Terima kasih kepada bapak supir.

Sampai di rumah justru tak bisa segera beranjak ke ranjang. Hal itu disebabkan oleh deringan ponsel yang terus memanggil. Iya karena memang sebelumnya sudah membentuk janji yang hampir tak jadi. Menunggu adzan maghrib tak segera menggelar sajadah didepan mata melainkan menggelar laptop yang ada di kamar. Tuhan maafkan hamba. Lagi lagi melalaikan kewajibanmu.

Terus menerus memutar video yang akan segera ditayangkan ke layar berukuran 5 inch hingga 22 inch yang kian dinikmati oleh sejuta umat di seluruh dunia (Youtube). Terus membayangkan hasil akhir dari video tersebut hingga janji itu hampir terlupakan. Tak mengusik ponsel sedetik-pun sebab tak ingin melewatkan setiap detik detail dari video tersebut. Mencoba meyakinkan diri hingga memutuskan untuk melanjutkan menyelesaikannya di tempat nanti. Hingga akhirnya layar berukuran 14 inch ini segera dimasukkan ke dalam backpack dalam keadaan menyimpan dan tertidur sejenak.

Berpamitan dan menuju tempat berdasarkan janji. Kekhawatiran muncul ketika melihat keadaan langit malam yang semakin gelap serta diselimuti gemuruh dan halilintar yang terus bersautan. Ditambah lagi rintihan rintihan air dri langit yang terus menyerang. Dengan tergesa-gesahnya langkah kaki menjadi cepat. Masih memikirkan kemacetan jalan yang tak ada habisnya. "Kak, ayo kak tisunya, dipilih" "Kak tisu kak?" suara itu. Suara anak itu sembari menawarakan tisu yang ia genggam untuk orang yang berhenti di bawah lampu merah. Seperti siuman dari amnesia sesaat.  Memori ini masih mengingat beberapa tahun lalu sempat bertemu dan kini bertemu lagi di persimpangan jalan yang hampir sama seperti sebelumnya. Hingga seketika langkah ini langsung terhenti dan terus menatap untuk memfokuskan mata dari silauan cahaya kendaraan dan juga gelapnya malam untuk melihat sosok dari suara tersebut. Tak lain tak bukan, benar sekali. Anak itu. Dengan samar tanpa kacamata anak itu sedang menawarkan kepada salah satu pengendara motor yang baru berhenti. Dap!! seketika pandangan ini ingin terus mengukuti saja, gerimis pun tak jadi halangan untuk terus menatapnya. Pandangan itu terus terpaku oleh kegigihan anak itu. Hati ini pun seakan dibangunkan dari perasaan menggagumi kembali. Tak bisa dipungkiri air mata ini menetes seketika. Pantas saja hal itu terjadi ketika melihat lebih jelas sosok anak itu secara langsung. Dia tidak seperti anak kecil pada usianya. Dia memiliki kelainan dalam postur kaki yang dimilikinya. Terus berusaha tersenyum dan mengaguminya dari jauh tanpa sadar gerimis semakin marah. Kala itu jika tidak membawa backpack dan sudah menentukan janji mungkin saja diri ini bisa melihat lebih jauh kegigihan anak itu. Pergi, namun masih mengghiraukan. Sambil berdoa kepada Tuhan untuk melindunginya segera. Doan terus dipanjatkan untuknya agar selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa.

Sesampainya di tempat janji tersebut yang terlihat seperti kedai kopi dipinggir jalan itu. Bertegur sapa kepada barista tersebut dan langsung menempatkan diri di posisi paling nyaman di kedai tersebut. Tak lama satu persatu kawan datang lalu mulailah bercengkrama ria. Tak terasa waktu semakin larut dan kedai hampir tutup. 22:30 kami kembali ke rumah masing-masing. Sebelum sampai rumah, Pandangan terus menatap tak melewatkan tempat yang hampir mempertemukan dengannya tadi. Hilang, begitu saja sepertinya pertemuan itu. Namun hati kecil berkata masih ingin berjumpa lagi dengannya. Lalu panjatan doa tak henti untuknya agar bisa segera dipertemukan.

See You When I See you


You Might Also Like

0 komentar

KOMENNYA YAH KAKA! :)

Popular Posts

recent posts

Instagram